Jangan mencoba membeli Mio secara tunai di dealer Yamaha. Dipastikan tidak bisa. Dealer Yamaha hanya melayani pembelian kredit. Kalau mau beli tunai, harus menunggu selama dua bulan. Itulah gambaran betapa laris manis Yamaha Mio sampai saat ini.
Padahal, kompetitornya sudah jor-joran berpromosi, menyatakan mereka yang terbaik. Kenyataan tidak dibantah oleh Wakil President Direktur PT Yamaha Motor Kencana Indonesia (YMKI), Ir. Dyonisius Beti MM, Selasa malam (9/23) di Jakarta.
Menurut Dyon, tingginya minat konsumen membeli Mio karena “resale value” atau harga bekasnya yang tinggi. “Paling tinggi di antara skutik yang lain. Karena itu, membeli Mio sama dengan investasi,” komentarnya. Dicontohkan, bila orang punya Mio, lantas ada anggota keluarga masuk rumah sangat.
Bila tak ada uang, mereka bisa menjual. Dipastikan masih ada sisa uang dan dapat digunakan untuk membayar DP untuk membeli Mio yang baru. Karena itu pula, Dyon berani menilai, membeli Mio sama dengan menabung.
Sampai saat ini, penjualan Mio untuk jenis skutik di Indonesia tidak bisa digoyang oleh kompetitor. Untuk semester-I 2008, Mio menguasai pangsa skutik 57,6%. Sedangkan Honda hanya kebagian 32,1 % dan Suzuki 9,6%. “Produk kita sudah terbukti bandel. Tidak pernah ditarik (recall). Harga spare partsnya murah,” tukasnya.
Mio kini telah menjadi ikon skutik di Indonesia dengan peminatnya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Padahal, Mio bukanlah skutik pertama yang dipasarkan di Indonesia.
Produsen pertama yang memasarkan skutik pertama Indonesia adalah Kymco dengan nama Jetmatic pada tahun 2000. Sedangkan Mio pertama kali diperkenalkan Mio di Indonesia pada 2003. Padahal sebelum Mio dipasarkan, Yamaha sudah memperkenalkan Nouva yang juga menggunakan CVT (continuously Variable Transmission).
Makin banyaknya pengedara motor memilik skutik karena mudah dikendarai. Seperti diceritakan oleh Bambang Asmarabudi, General Manager YMKI, Tessa Kaunang yang dijadikan iklan Mio yang semula tidak bisa naik motor. “Setelah menjadi bintang iklan Mio, kini dia sudah berani mengendarai sepeda motor,” cerita Bambang.